Market Watch

Economic Calendar

Rabu, 28 Mei 2008

BBJ BEKUKAN STATUS KEANGGOTAAN
ARTHA BERJANGKA NUSANTARA




BBJ kembali menjatuhkan sanksi administratif berupa Pembekuan Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB) kepada PT Artha Berjangka Nusantara (ABN), terhitung mulai tanggal tanggal 5 Juni 2008 jam 00.00 WIB.

Pembekuan SPAB terhadap ABN, menindak lanjuti hasil Audit Khusus BBJ dalam mengevaluasi rekomendasi langkah perbaikan atas sanksi Peringatan Keras yang telah diberikan oleh BBJ kepada pialang tersebut pada tanggal 10 Maret 2008. Setelah habis tenggang waktu yang diberikan kepada perusahaan tersebut untuk melakukan langkah-langkah perbaikan, ditemukan bukti bahwa :

1. Belum menanggapi, memberikan klarifikasi, dan melaporkan perkembangan langkah-langkah perbaikan yang dilakukan ABN secara tertulis kepada BBJ.
2. Tempat dan kedudukan (alamat kantor) ABN saat ini termasuk Nomor telepon serta Faximili tidak jelas sehingga kami kesulitan dalam berhubungan.
3. Terdapat pengaduan dari nasabah kepada BBJ dimana nasabah tidak dapat melakukan penarikan sisa equitynya.
4. Kami mendapatkan informasi secara lisan akan adanya potensi pengaduan nasabah ABN dari kantor cabang Makassar.
5. Berkaitan dengan adanya beberapa Direktur ABN yang menyampaikan pengunduran diri sehingga mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan susunan manajemen ABN (pemegang saham, komisaris, dan direksi) dan siapa pihak yang bertanggung jawab/pengendali jalannya operasional perusahaan sebagai Pialang Berjangka saat ini.



BBJ memberikan waktu 30 hari kalender (sampai dengan 5 Juli 2008) sejak tanggal dikeluarkannya surat pembekuan kepada ABN untuk melakukan langkah-langkah perbaikan, yang diwajibkan oleh BBJ.

Selama masa tersebut, BBJ akan melakukan monitoring dan verifikasi sewaktu-waktu secara langsung terhadap langkah-langkah perbaikan tersebut.

Bilamana dimasa penghentian sementara/pembekuan SPAB ini, diketahui bahwa direksi dan jajaran pengurus perusahaan ABN tersebut tidak sepenuhnya melakukan langkah perbaikan secara benar hingga memenuhi batas waktu yang ditetapkan, akan dapat menjadi pertimbangan untuk memberikan sanksi administratif selanjutnya, yakni pencabutan Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB)

Kepada para nasabah, Bursa Berjangka Jakarta menghimbau untuk memonitor status dan proses penyelesaian posisi terbuka dan rekening masing-masing.

Jakarta, 4 Juni 2008

PT Bursa Berjangka Jakarta

F O K U S P A S A R


RINGKASAN

  • Data penjualan rumah AS menunjukkan masih melemahnya sektor perumahan dan ekonomi AS secara keseluruhan.
  • Jatuhnya tingkat keyakinan konsumen AS disebabkan oleh melemahnya pasar tenaga kerja, meningkatnya biaya pangan dan energi, serta pengaruh media massa .
  • Konsumen Inggris akan terus tertekan akibat ketatnya kredit.
  • Tingginya konsumsi di Switzerland akan berdampak positif terhadap mata uang dan inflasi.
  • Prospek ekonomi Jepang dan harga ``sangat tidak pasti'' karena naiknya harga minyak dan bahan mentah.
  • Harga minyak jatuh di bawah $130/barel dipicu penguatan dolar terhadap yen dan euro.
Penjualan Rumah AS Meningkat Untuk Pertama Kali Sejak Oktober
Sektor perumahan AS masih lemah seiring penjualan kontruksi rumah keluarga tunggal naik lebih sedikit dibanding ekspektasi analis, sementara laporan terpisah menunjukkan harga rata-rata rumah turun 14.1% di Q1. Penjualan rumah tunggal naik 3.3% di April, 526,000 pertahun, namun turun 42% dari tahun lalu, penurunan tahunan terbesar dalam 27 tahun, ditunjukkan data pemerintah hari Selasa. Estimasi Departement Perdagangan menunjukkan kenaikan pertama kalinya pada penjualan rumah baru sejak Oktober, namun kenaikan ini dirilis setelah revisi penurunan terbesar di bulan sebelumnya. Penurunan bulan ini masih melanjutkan pelemahan di sektor perumahan dan untuk ekonomi keseluruhan. Penurunan harga rumah juga menunjukkan pemilik rumah kesulitan pada kredit hipoteknya, berarti lebih banyak pemilih rumah berutang lebih banyak pada kredit hipotek dibanding nilai rumahnya sendiri.

Tingkat Keyakinan Konsumen AS Jatuh Hingga Level Terendah 16 Tahun
Tingkat keyakinan konsumen AS jatuh hingga level terendah dalam 16 tahun di bulan Mei seiring kenaikan biaya bahan bakar dan jatuhnya harga rumah menyulitkan kondisi penduduk Amerika, ditunjukkan hasil penjajakan. Conference Board, grup industri mengatakan ukuran kepercayaan konsumen bulanan jatuh menjadi 57.2 dari 62.3 di April, jauh dibawah nilai median estimasi pasar Wall St 60.0. Penurunan ini tidak mengejutkan karena melemahnya pasar tenaga kerja dan peningkatan biaya pangan dan energi. Tingkat keyakinan juga terpengaruh media massa , yang selalu membicarakan penurunan perumahan maupun ekonomi beberapa bulan terakhir ini.

Persetujuan Hipotek Inggris Jatuh 39% Akibat Ketatnya Kredit
Persetujuan Hipotek Inggris jatuh di bulan April seiring turunnya nilai rumah dan ketatnya syarat pinjaman mengurangi keinginan menghutang untuk membeli properti, menurut Asosiasi Bankir Inggris (BBA). Bank memberikan 38,704 hutang untuk pembelian rumah, turun 39% dari tahun sebelumnya. Angka ini naik 9% dari Maret. Harga rumah turun dipicu ambruknya kredit global yang memaksa perbankan untuk mengurangi pinjaman. Rilis ini sesuai dengan jatuhnya Pembelian Rumah, yang turun hampir 50% dari level tertinggi di Januari 2007, tapi di saat bersamaan; masyarakat mencari sumber pinjaman alternatif di pasar hipotek. Hal ini menunjukkan konsumen Inggris akan terus tertekan akibat ketatnya kredit.

Indikator Konsumsi UBS Menandakan Tertumbuhan Pengeluaran Konsumen di Swiss
Indikator konsumsi UBS sedikit turun di bulan April, 2.18 yang juga nilai tertinggi tahun lalu, dan masih diatas rerata jangka panjang. Hal ini menandakan berlanjutnya pertumbuhan pengeluaran konsumen di Switzerland . Indikator konsumsi UBS bulanan 2.18 di bulan April, setelah direvisi 2.25 di Maret dan 2.32 di Februari. Masih di level tinggi, di atas rerata jangka panjang 1.50, yang telah berlangsung 2 tahun sekarang. Meskipun angka ini lebih rendah dari bulan lalu, konsumsi di Switzerland masih tinggi. Pengeluaran konsumen akan berdampak positif terhadap mata uang dan inflasi. Umumnya, angka-angka tersebut menunjukkan ekonomi Swiss yang sehat.

Shirakawa: Prospek Ekonomi dan Harga `Sangat Tak Pasti'
Gubernur Bank of Japan Masaaki Shirakawa menyebutkan bahwa prospek ekonomi dan harga ``sangat tidak pasti'' karena naiknya harga minyak dan bahan mentah dapat memicu inflasi termasuk memberatkan perusahaan dan konsumen. Pertumbuhan dan harga bergerak berlawanan, menyulitkan kebijakan bank sentral, menurut Shirakawa pada komite parlemen di Tokyo . Bank sentral bisa saja melakukan kebijakan apapun, termasuk menaikkan suku bunga atau memangkas, guna mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan dan stabilnya harga. Bank sentral telah menjaga bunga pinjaman pada 0.5 %, terendah diantara ekonomi besar, sejak Februari 2007.

Harga Minyak Mundur ke $130 Seiring Penguatan Dolar
Harga minyak jatuh di bawah $130/barel pada hari Selasa, setelah penguatan dolar membantu turunnya harga dari level tinggi setelah pemberontak menyerang fasilitas minyak Nigeria . US Light, Sweet Crude Futures diperdagangkan di $129.85, sedikit lebih rendah. Harga minyak telah menguat hampir 40% tahun ini hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa $135.09 minggu lalu. Dolar menguat terhadap yen dan euro pada hari Selasa menyusul data Eropa yang sedikit melemah. Dalam jangka pendek, ada fakta yang menunjukkan bahwa tingginya harga minyak akan mengurangi permintaan dan memperburuk pelemahan ekonomi. Beberapa penerbangan telah mulai mengurangi jam terbang dan beberapa perusahaan transportasi tertekan.

Goldman: Dollar Australia Kemungkinan Menguat Menuju Paritas
Dollar Australia mungkin akan menguat setara dengan dollar A.S jika terus bergerak di atas resisten 96.50 sen, ungkap Kevin Edgeley, analis teknikal pada Goldman Sachs Group Inc. di London. Resisten 96.50 sen ini didapat dari teori Elliott wave, menurut grafik Goldman. Resisten dimana order jual terkumpul. Teori Elliott Wave, diciptakan oleh Ralph Elliott di 1938, dipakai untuk memprediksi pergerakan harga yang akan datang dengan membagi pergerakan masa lalu ke dalam gelombang dan mengkalkulasi perubahan ke dalam nilai. ``Harga sejauh ini terhambat di 96.50 sen, namun mendekati atas akan mensinyalkan akselerasi dan target persamaan,'' ditulis Edgeley kemarin.

Ekspor Swiss Jatuh Seiring Pelambatan Global Menekan Pemesanan
Neraca dagang Swiss surplus di bulan April, mencapai 1.56 M Swiss Francs, dari sebelumnya 1.27 M Swiss Franc. Analis memprediksikan kontraksi neraca dagang Swiss, di 1.19 M Swiss franc. Ekspor naik menjadi 18.73 M Swiss francs, dan impor 17.16 M. Angka ini menunjukkan eksportir Swiss terbentur oleh kuatnya mata uang, tapi juga meningkatkan impor. neraca dagang yang positif menunjukkan kemampuan ekonomi untuk berdiri sendiri, tanpa menarik modal asing untuk membayar hutang.

Kepercayaan Konsumen Jerman Turun Seiring Naiknya Harga
Survei kepercayaan konsumen GfK di bulan Juni sebesar 4.9, lebih rendah dari estimasi analis 5.7. Data bulan Mei direvisi lebih rendah dari 5.9 ke 5.6. Harga bensin terus meningkat dan membayangi kenaikan harga yang membuat konsumen Jerman cemas akan daya belinya. Hal ini mendorong turunnya ekspektasi pendapatan dari bulan sebelumnya. Ekspektasi kenaikan harga juga berarti kejatuhan tajam daya beli di bulan Mei. Kekhawatiran akan stabilitas harga dan ketidakpastian akibat krisi pasar keuangan dan melambatnya ekonomi AS terus meningkatkan kecemasan konsumen Jerman.

Nikkei Rebound Seiring Menguatnya Canon dan Perbankan
Nikkei naik 1.5% pada hari Selasa, rebound dari level rendah 2 minggu kemarin, dimana saham yang sebelumnya terpuruk seperti Canon Inc dan perbankan kembali menguat. Perusahaan pembuat kertas juga melonjak, dimana Mitsubishi Paper Mills Ltd naik lebih dari 9% setelah after Mitsubishi UFJ Securities menaikkan peringkatnya, seraya mengutarakan bahwa kenaikan harga kertas akan meningkatkan pendapatan. Pasar Tokyo diharapkan akan mengikuti pergerakan Wall Street di beberapa minggu ke depan dengan sedikitnya faktor perdagangan di dalam negeri, dimana banyak analis mengutarakan bahwa indeks saham AS merupakan petunjuk arah Nikkei.

Bursa Seoul Ditutup Menguat Dipicu Kenaikan Sektor Teknologi dan Pengilangan
Bursa Seoul ditutup lebih tinggi pada hari Selasa membalikkan arah pelemahan selama 6 hari berturut, dimana saham pengilangan minyak dan teknologi seperti SK Energy dan Samsung Electronics mengawali terjadinya rebound. Saham pengilang minyak seperti SK Energy dan GS Holdings menguat dimana pasar mengharapkan pendapatan Q2 yang melewati estimasi dengan tingginya marjin pengilangan minyak. Pembuat chip seperti Samsung Electronics dan Hynix Semiconductor juga menguat setelah sempat turun di awal perdagangan atas spekulasi kenaikan harga DRAM.

Bursa Hong Kong Naik 0.6% Akibat CNOOC, SHKP
Bursa Hong Kong menguat di hari Selasa, mengikuti penguatan pasar regional, dimana produsen minyak dan gas Cina CNOOC Ltd naik hampir 4% seiring stabilnya harga minyak di level tingggi. Indeks juga menguat hampir 1% didorong perusahaan Sun Hung Kai Properties memecat pimpinan dewan direksi Walter Kwok yang terkenal sebagai pemberontak di keluargaa salah satu perusahaan blue-chip bergengsi. "Pasar lebih memilih untuk memburu saham di harga yang murah dengah harapan hanya terjadi sedikit penurunan setelah koreksi dalam beberapa bulan terakhir," kata Yiu.

Selasa, 27 Mei 2008

Bagaimanakah Krisis Minyak Mempengaruhi USD?


Harga minyak dunia melambung dan USD terpuruk, namun apakah ini merupakan hubungan sebab akibat yang “natural” di antara keduanya? Saya melakukan studi tentang hubungan antara minyak dengan the greenback, dan jika melihat pada kilas balik dua kali krisis minyak yang terjadi empat dekade yang lalu (1973 dan 1979), sepertinya hal itu tidak sepenuhnya benar.

Krisis Minyak Tahun 1973: Awalnya Dollar Bullish, Pada Akhirnya Bearish

Pada tahun 1973, harga minyak “terbang” sejauh 134% ketika anggota OAPEC (yaitu OPEC plus Mesir dan Syria), mengumumkan bahwa mereka tidak akan mau lagi mengekspor minyak ke negara-negara yang mendukung Israle dalam konflik antara Israel dengan Syria dan Mesir. Praktis hal ini menutup pintu ekspor ke Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang. Akibatnya, harga minyak naik secara signifikan karena pengurangan yang tajam terhadap suplai minyak. Di saat yang sama, Arab Saudi, Iran, Irak, Abu Dhabi, Kuwait, dan Qatar secara bersama-sama menaikkan harga minyak sebesar 17 persen dan mengumumkan pengurangan produksi setelah melakukan negosiasi dengan beberapa perusahaan minyak yang besar.

Respon awal terhadap kejutan harga minyak ini ditandai dengan naiknya indeks dollar (berdasarkan data indeks dollar dan harga minyak dari Federal Reserve negara bagian St Louis, lihat gambar), yang juga menguat terhadap mata uang utama lainnya, namun tidak lama kemudian dollar dijual kembali dalam skala besar. Saat itu Federal Reserve tengah berjuang memerangi tekanan inflasi dengan senjata andalan mereka: yaitu menaikkan suku bunga. Lonjakan harga minyak dunia memicu the Fed untuk menaikkan lagi tingkat suku bunganya, dan memaksa the Fed untuk menaikkan Fed Funds Target dari 7,5 persen di bulan Mei 1973 hingga menjadi 13 persen pada musim panas 1974. Fokus pada inflasi pada mulanya memberikan sentimen bullish pada dollar, namun segera setelah peningkatan suku bunga mulai memberikan dampak yang serius terhadap pertumbuhan ekonomi AS, tren dollar menjadi bearish. Antara kuartal ke tiga tahun 1973 dan kuartal pertama tahun 1975, pertumbuhan GDP menyusut selama lima dari tujuh kuartal, dan sebagai respon atas memburuknya pertumbuhan tersebut, the greenback melemah.

Krisis Minyak tahun 1979: Awalnya Dollar Bullish, Pada Akhirnya Bearish

Krisis minyak ke dua yang dialami Amerika Serikat pada tahun 1979 dipicu oleh revolusi di Iran dan diperparah oleh kurangnya persediaan bensin. OPEC menaikkan harga minyak hingga 14,5 persen pada tanggal 1 April 1979. Tidak lama kemudian, OPEC menaikkan lagi harga minyak untuk kedua kalinya sebesar 15 persen, Amerika Serikat menghentikan impor minyak dari Iran, sementara Kuwait, Iran dan Libya menghentikan produksinya. Arab Saudi juga pada akhirnya menaikkan harga pasaran minyak mentah mereka menjadi $24 per barel. Akibat semua faktor tersebut, harga minyak mentah dunia meningkat sebesar 118 persen dalam rentang waktu antara Januari hingga Desember 1979.

Efek terhadap the greenback waktu itu dengan seperti yang terjadi pada krisis minyak tahun 1973; pada mulanya mengalami rally, lalu kemudian melemah. Pada saat itu, the Fed juga sedang giat-giatnya menaikkan suku bunga untuk mengendalikan tekanan inflasi. Antara bulan Januari hingga Desember 1979, suku bunga naik dari 10 persen ke 14 persen, dan pada bulan Maret 1980, Fed Fund Rate mencetak rekor tertinggi sebesar 20%. Pertumbuhan GDP per kuartal jatuh 7,8 persen pada kuartal ke dua tahun 1980, memicu kejatuhan dollar.

Kenaikan Harga Minyak tahun 1990: Dollar Terus Melemah

Sepanjang rentang waktu antara Juni dan Oktober 1990, harga minyak juga melonjak sebesar 113 persen akibat Perang Teluk. Yang menarik adalah bahwa “kelakuan” saat itu USD sangat berbeda dibandingkan dua krisis minyak sebelumnya. Hal ini disebabkan paling tidak karena dua alasan. Pertama, karena karakteristik harga minyak yang bersifat “sementara”, di mana harga mulai jatuh enam bulan setelah mengalami kenaikan.

Ke dua, disebabkan oleh siklus kebijakan moneter the Fed. Tidak seperti pada krisis tahun 1973 dan 1979, pada tahun 1990 the Fed mulai memotong suku bunga sebelum lonjakan harga minyak terjadi, dan pemotongan suku bunga terus berlanjut selama tahun 1990 hingga 1991. Dollar berada dalam downtrend karena kebijakan moneter yang longgar. Pelemahan berlanjut seiring dengan pelambatan pertumbuhan yang ditandai dengan stagnannya GDP di kuartal ke tiga tahun 1990, dan selanjutnya jatuh sebesar 3 dan 2 persen di dua kuartal berikutnya.

Bagaimana Dengan Kenaikan Harga Minyak Tahun 2007 dan 2008?

Peristiwa naiknya harga minyak sepanjang tahun 2007 dan 2008 dan efeknya terhadap USD lebih kurang mirip dengan kejadian tahun 1990. Oleh karena itu menjadi lebih mudah untuk memahami mengapa the greenback terus mengalami pelemahan, meskipun tekanan inflasi meningkat.

Seperti yang telah kita ketahui, the Fed telah terus-menerus melakukan pemotongan suku bunga, dan faktor inilah yang lebih mendominasi pelemahan USD. Jadi, jika merujuk pada kejadian tahun 1973 dan 1979, harga minyak bukanlah merupakan faktor dominan pelemahan the greenback. Pada dasarnya pasar telah yakin bahwa the Fed tidak akan menaikkan suku bunga – dan pasar melihat ada alasan yang bagus untuk itu, karena berdasarkan pengalaman dari 3 kejadian sebelumnya (lonjakan harga minyak), pertumbuhan di kuartal berikutnya seharusnya mengalami penyusutan. Pada tahun 1990-an, the Fed berhenti melakukan pemotongan suku bunga seperti yang mereka perkirakan pada bulan Juni, namun ternyata kemudian mereka kembali meneruskan pemotongan suku bunga karena pelambatan ekonomi. Tentu saja, suku bunga waktu itu jauh lebih tinggi daripada saat ini, namun jika pertumbuhan tak kunjung meningkat, bayang-bayang pemotongan suku bunga masih belum akan sirna.

(Eko Trijuni, dari berbagai sumber)

F O K U S P A S A R

RINGKASAN

* Hari libur Memorial Day kemarin, menandai awal liburan musim panas, mensinyalkan kenaikan harga minyak di beberapa minggu kedepan.
* Melonjaknya harga minyak akan mencegah sejumlah bank sentral utama kecuali Federal Reserve, untuk memangkas suku bunga.
* Euro dapat menguat akibat bagusnya data zona Eropa yang dirilis minggu ini.
* Fed’s Geithner membela pemotongan suku bunga, dan mengatakan ekonomi AS sedang melalui proses penyesuaian yang berat.
* Emas dapat bertahan di level $900-an jika minyak masih berada di $130 dan dolar kembali melemah.

Ekonomi Global Minggu Ini Minyak Sebagai Ancaman
“Untuk pertama kalinya, inflasi, bukan pertumbuhan ekonomi, merupakan penggerak makro pada level global,” tulis ekonom Merril Lynch pada kliennya. Tingkat keyakinan turun di AS, zona Eropa dan Jepang. Laporan konsumen dan sentimen ekonomi zona Eropa akan dirilis hari Jumat, dan kemungkinannya masih lemah. Figur tingkat keyakinan konsumen AS yang keluar pada hari Selasa berada di kisaran level resesi. Harga bahan bakar AS menyentuh rekor tertinggi lagi pada level $3.79 per gallon minggu lalu, menurut EIA. Dengan adanya libur Memorial Day hari Senin ini sekaligus menandai awal dari musim liburan musim panas, harga minyak diekspektasikan akan semakin tinggi di beberapa minggu kedepan. Data harga konsumen Jepang untuk bulan April dirilis hari Jumat, dan kemungkinan akan menunjukkan tekanan biaya yang masih di area tertinggi dalam satu dekade.

Dollar Terlihat Melemah Akibat Lesunya Sentimen
Dolar AS kemungkinan akan memperbanyak kerugian-nya pekan ini ditengah melonjaknya harga minyak yang akan mencegah sejumlah bank sentral utama kecuali Federal Reserve, untuk memangkas suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Harga minyak melonjak diatas $135 pekan lalu, memunculkan keraguan apakah Bank Sentral Eropa akan memotong suku bunga tahun ini, sesuai perkiraan pasar. Analis mengatakan bahwa investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi dengan memperhatikan perbedaan suku bunga, sehingga mengangkat mata uang seperti euro, dolar Australia, dan Selandia Baru akibat rendahnya imbal hasil dolar AS. Faktor teknikal juga tidak mendukung dollar, yang sempat reli beberapa pekan ini akibat persepsi Fed yang mulai mengetatkan kebijakan moneter di akhir tahun setelah agresifnya kampanye pelonggaran guna mengatasi resesi, kata mereka.

Mewaspadai Data Ekonomi dan Fed
Investor kini menunggu serangkaian data AS dan pidato beberapa petinggi Fed, termasuk gubernur Ben Bernanke di hari Kamis, untuk petunjuk arah suku bunga. Indeks konsumsi pengeluaran pribadi untuk April akan dirilis hari Jumat. Termasuk indeks harga utama PCE, dimana angka diluar biaya pangan dan energi merupakan ukuran inflasi favorit Fed. Laporan ekonomi lain yang akan dirilis minggu ini termasuk barometer bisnis Chicago NAPM untuk bulan Mei, dan penjualan rumah baru bulan April. Pasar juga akan memperhatikan data zona Eropa, termasuk inflasi konsumen di hari Jumat. Data ekonomi Jerman yang solid minggu, mendukung spekulasi bahwa ECB akan menaikkan suku bunga. “Mata uang euro dapat terangkat oleh data zona Eropa yang bagus yang akan menaikkan ekspektasi kenaikan suku bunga ECB.

Fed's Geithner: Ekonomi Dunia Sedang Beradaptasi Dengan Melambatnya Ekonomi AS
Presiden Fed of New York , Timothy Geithner, mengutarakan bahwa ekonomi global sedang menyesuaikan diri dengan perlambatan ekonomi AS. ``Dunia masih dapat mengatasi dampak perlambatan AS,'' ungkap Geithner pada konferensi pers di Yerusalem hari ini. ``Sepertinya, untuk saat ini, tekanan lebih terpusat di AS.'' Federal Reserve telah menurunkan suku bunga tujuh kali sejak pertengahan September untuk mencegah terjadinya resesi dengan keterpurukan sektor perumahan yang menaikkan biaya kredit di seluruh dunia. Geithner, dan pimpinan Fed Ben S. Bernanke, menyambut baik diselamatkaanya Bear Stearns Cos. dari kebangkrutan dan memberikan fasilitas pinjaman kepada sekuritas Wall Street untuk mencegah ambruknya pasar keuangan. Geithner membela pemotongan suku bunga, dan mengatakan bahwa langkah tersebut ``benar.'' ``AS sedang melalui proses penyesuaian yang berat tapi dibutuhkan,' ' ungkapnya. ``Keadaan di tiap negara berbeda sehingga membutuhkan kebijakan yang berbeda pula."

Emas Mulai Tenang Setelah Reli Minyak
Emas sedikit tenang di hari Senin setelah reli minggu lalu seiring harga minyak melanjutkan kenaikannya dan Dolar AS kembali stabil mendekati level terendah satu bulan. Logam mulia ini naik hampir 3% minggu lalu ketika harga minyak naik hingga diatas $135 per barel untuk pertama kalinya. Emas dapat kembali mencoba level $900-an jika minyak masih bertahan di level saat ini dan dolar kembali melemah, namun batas alami adalah $1,000 dan akan berat untuk menembus level tersebut. Minyak sendiri naik diatas $133 per barrel di hari Senin akibat ancaman supplai. Kekurangan supplai di kilang Statford di Laut Utara selama akhir pekan menambah kekhawatiran jangka pendek dan ketakutan jangka panjang bahwa persediaan akan sulit mengimbangi permintaan selama beberapa tahun ke depan. Posisi spekulan pada futures emas AS beralih menjadi bullish minggu lalu, dimana posisi mereka bertambah sekitar 20%, berdasarkan data COT yang dikeluarkan oleh CFTC hari Jumat.

Ekonom BOJ: Ekonomi Sedang Melambat Seiring Kenaikan Biaya Energi
Pimpinan ekonom MOMMA di BOJ melihat bahwa ekonomi Jepang yang melambat disebabkan oleh tingginya biaya energi dan bahan baku , serta menyarankan Bank Sentral untuk dapat mengimbangi antara melemahnya ekonomi global dan inflasi. Pimpinan ekonom tersebut mengutarakan bahwa resiko masih akan ada selama pasar mewaspadai berlanjutnya penurunan harga rumah yang akan terus membebani perbankan AS dan Eropa. Momma juga melihat ekonomi global yang terlalu panas dan menyebabkan inflasi, serta perlahan menurunkan pertumbuhan. Untuk perekonomian dalam negeri, Momma menganggap perlunya mewaspadai turunnya persepsi dan pengeluaran konsumen.

ECB's Wellink: Ekspektasi Inflasi Masih Terkontrol
ECB'S Wellink mengungkapkan bahwa ekspektasi inflasi di zona Eropa masih terkendali di kisaran 2%. Pasar keuangan masih rapuh dan ditengah proses penyeimbangan, dampak langsung pada ekonomi akibat kekacauan pasar masih belum diketahui secara pasti. Wellink mengatakan sulitnya membaca data uang beredar/kredit saat ini karena terdistorsi oleh kehancuran sektor kredit, dan ini menyulitkan pengambilan kebijakan moneter. Kuatnya Euro dapat memperkokoh posisi ECB selama fase krisis.

Swiss Franc Melemah, Tapi Berpeluang Menguat Akibat Kekhawatiran Minyak
Swiss franc melemah terhadap dolar dan euro pada hari Senin tapi berpeluang menguat seiring meningkatnya kecemasan tingginya harga minyak dan inflasi yang memicu investor untuk mencari aset yang aman. "Apa yang kita lihat hanyalah sedikit koreksi setelah reli panjang," ungkap analis forex Credit Suisse Martin McMahon. "Kami mengharapkan euro/swiss turun ke 1.60 dan dollar/franc ke level yang seimbang. Kami melihat peluang penguatan franc di jangka pendek," katanya. "Tingginya harga minyak dan kekhawatiran akan dampaknya terhadap ekonomi dan inflasi berdampak positif bagi franc. Ada peluang turunnya resiko di berbagai tipe aset, yang akan mendukung franc," ungkap McMahon.

Nikkei Turun 2.3%, Akibat Terperosoknya Eksportir
Nikkei jatuh 2.3% pada hari Senin, penurunan terbesar dalam 6 minggu terakhir, dipicu turunnya eksportir seperti Canon Inc akibat tangguhnya yen dan terperosoknya Wall Street. Sektor keuangan termasuk Mitsubishi UFJ Financial Group, juga jatuh tajam seiring kejatuhan rekannya di AS akibat turunnya harga properti komersil, yang dipicu masalah subprime. Yahoo Japan Corp menguat hampir 5%, setelah perusahaan ini berencana untuk membeli kembali 2% dari sahamnya yang beredar.

Bursa Seoul Ditutup Lebih Rendah Seiring Kejatuhan Teknologi
Bursa Seoul ditutup lebih rendah pada hari Senin untuk keenam kalinya seiring turunnya sektor teknologi seperti LG Electronics yang melebihi penguatan sektor keuangan seperti Industrial Bank of Korea . "Penguatan harga minyak dan kecemasan inflasi mendominasi pasar," ungkap Kim Joong-hyun, analis pasar di Goodmorning Shinhan Securities. Saham LG Electronics jatuh dipicu rumor bahwa pembuat handset No.1 di dunia, Nokia, mungkin menurunkan harganya untuk mencuri pasar rekannya seperti, Motorola dan penetrasi pasar di pasar Korea Selatan.

Indeks Hong Kong Turun Dipicu China Mobile yang Memburuk
Indeks Hong Kong turun 2.4% pada hari Senin akibat kekhawatiran inflasi dan ekonomi global dengan tingginya harga minyak, dan jatuhnya China Mobile menyusul perombakan industri. Goldman Sachs menurunkan peringkat China Mobile pada hari Senin dari “jual” ke “netral”, seraya mengutarakan bahwa perusahaan telekomunikasi ini akan menghadapi regulasi pasar yang tidak menguntungkan, dimana kebijakan roaming inter-operator akan menggerogoti banyak keunggulan perusahaan. CNOOC melemah 2.3% setelah beberapa investor memutuskan untuk mengambil untung setelah menguat cukup lama.

Senin, 26 Mei 2008

Bank Dunia sediakan US$5,5 miliar untuk perubahan iklim

JAKARTA: Bank Dunia akan meluncurkan dana sekitar US$5,5 miliar tahun ini untuk anggaran perubahan iklim yang diharapkan membantu negara miskin menggunakan teknologi ramah lingkungan dan menghentikan pemanasan global.

Dana perubahan iklim itu dibentuk bersama dengan sejumlah negara a.l. AS, Jepang, dan Inggris.

Bank Dunia akan mengajukan pembentukan dana itu pada pertemuan dewan yang dijadwalkan berlangsung pada Juli dan menerbitkannya pada musim gugur, kata Vice President Bank Dunia Katherine Sierra.

Dana itu akan disalurkan kepada negara miskin melalui lembaga atau wadah khusus yang menangani isu perubahan iklim yang akan dibentuk oleh Bank Dunia pada Juli.

"Kami berharap pada tahap awal dana untuk teknologi ramah lingkungan akan meraup US$5 miliar dan tahap selanjutnya sekitar US$500 juta untuk pemulihan dampak perubahan iklim," katanya di sela-sela pertemuan G-8 seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Pertemuan tiga hari yang dimulai sejak Sabtu di Kobe itu merupakan pertemuan pendahuluan sebelum sidang G-8 di Hokkaido, Jepang, pada Juli.

Pendahuluan

Pertemuan itu merupakan bagian dari upaya untuk mengembangkan strategi baru penurunan dampak pemanasan global pengganti Protokol Kyoto yang akan berakhir pada 2012.

Selain Jepang, Inggris, dan AS, perwakilan dari Australia, Brazil, China, India, Indonesia, Meksiko, Korea Selatan, Afrika Selatan, Antigua dan Barbuda juga ikut ambil bagian dalam pertemuan di Kobe tersebut.

Volume dan nilai pasar karbon global 2006 & 2007 (juta)


2006

2007


Volume

Nilai

Volume

Nilai

Allowance

1.134

24.699

2.109

50.394

Transaksi berbasis proyek

611

6.536

874

13.641

Total

1.745

31.235

2.983

64.035

Sumber: Bank Dunia

Menteri Lingkungan Hidup Jepang Ichiro Kamoshita mengatakan sebagai lanjutan bantuan untuk negara berkembang, Tokyo juga membentuk Cool Earth Partnership dengan pendanaan senilai US$10 miliar pada lima tahun mendatang.

Jepang bersama dengan AS dan Inggris tengah membujuk negara-negara donor lain untuk bergabung dan memberi sumber pendanaan pada wadah atau lembaga khusus perubahan iklim yang akan dibentuk Bank Dunia.

Pada pertemuan kelompok negara G-8 di Kobe itu, Uni Eropa dan negara berkembang mendorong AS dan Jepang melanjutkan komitmen penurunan emisi gas pada 2020 sebagai salah satu upaya menghindari bencana alam akibat pemanasan global, seperti dikutip AP.

Permintaan itu muncul bertepatan dengan upaya PBB mendorong pembentukan kesepakatan perubahan iklim yang baru dengan deadline Desember 2009.

Kelompok negara G-8 yang beranggotakan AS, Inggris, Jepang, Jerman, Italia, Kanada, Rusia, dan Prancis berupaya keras menekan emisi karbon dioksida dan gas lain yang berhubungan dengan pemanasan global sebesar 50% pada 2050.

Negara berkembang juga mendorong negara kaya untuk lebih berperan dengan komitmen itu dengan alasan pemanasan global lebih disebabkan industrialisasi yang dinikmati negara makmur di Amerika Utara, Eropa, dan Jepang.

Masnellyarti Hilman, Kepala Delegasi Indonesia, menjelaskan Jakarta menargetkan penurunan emisi 17% pada 2020 dan 22% pada 2025.

Selain pembentukan dana perubahan iklim, sejumlah negara juga masih berupaya memperbaiki dunia dengan pembentukan pasar karbon. Bank Dunia melaporkan pasar karbon pada 2007 mencapai US$64 miliar jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang masih US$31,23 miliar.

Seperti dikutip dari situs resmi Bank Dunia, pada Kamis pekan lalu perwakilan 40 negara berkembang dan negara maju sepakat untuk membentuk dua dana investasi internasional yang tergabung dalam Climate Investment Funds (CIF). (02)(lutfi.zaenudin@bisnis.co.id)



INFOR MASI PENGGANTIAN NAMA BLOGGER

Kepada Yth,

Pembaca dan penguna www.monexbandung.blogspot.com kami informasikan
mulai minggu ini kami akan mengganti nama blog ini menjadi monex-iman.blogspot.com
demikian pemberitahuan dari kami...

Terima kasih

Nur Iman Sukarno

Fokus Pasar

RINGKASAN

  • Turunnya penjualan rumah AS, ditambah naiknya harga pangan dan energi, akan terus mengurangi pengeluaran konsumen AS.
  • Ekspektasi jangka panjang harga rumah yang lebih rendah dari inflasi menunjukkan turunnya nilai rumah AS.
  • JP Morgan akan terus memangkas karyawannya seiring bertambahnya pekerja akibat akuisisi Bear Stearns.
  • Mahalnya energi dan bahan mentah akan mengikis laba perusahaan dan pendapatan rumah tangga Jepang serta memicu perusahaan dan konsumen untuk menghemat pengeluaran.
  • HSBC menaikkan prediksi harga emas di 2008 karena melemahnya dolar, turunnya suku bunga AS, dan tekanan inflasi.

Penjualan Rumah AS, Turunnya Harga, dan Naiknya Inventori
Penjualan rumah AS jatuh untuk bulan keduanya berturut-turut di April, sementara inventori meningkat dan harga turun tajam dari tahun sebelumnya. Penjualan rumah turun ke 4.89 juta per tahun, 1% lebih rendah dari revisi Maret 4.94 juta per tahun, ungkap National Association of Realtors pada hari Jumat. Awalnya, NAR memprediksi kejatuhan 2% ke 4.93 juta di Maret. Harga rumah umumnya berkisar $202,300 di April, turun 8% dari $219,900 di April 2007. Dalam jangka pendek, data ini tidak banyak menunjukkan kelemahan. Dampak terhadap ekonomi di jangka panjang cukup jelas. Dengan penjualan rumah yang lemah, tambahan rumah akibat penyitaan ditambah ketatnya akses kredit, maka nilai rumah akan terus turun dan mengurangi kekayaan. Situasi ini, diperburuk dengan naiknya harga pangan dan energi akan terus mengurangi pengeluaran konsumen AS.

Konsumen Amerika Mencemaskan Inflasi, Nilai Rumah
Jumlah warga AS yang memprediksikan nilai rumahnya akan jatuh dalam 12 bulan ke depan dari tahun lalu naik dua kali lipat, sementara itu kenaikan harga dalam 5 tahun ke depan tidak dapat mengimbangi laju inflasi yang ada, menurut hasil survei. Laporan Reuters/University of Michigan, yang diterbitkan pada hari Jumat, adalah indikator terbaru yang menunjukkan suramnya sentimen konsumen, yang terkena dampak terburuk dari krisis perumahan sejak munculnya depresi, tingginya biaya energi, dan ketatnya pasar tenaga kerja. Dengan turunnya harga rumah beberapa bulan terakhir, maka angka 28% masih ringan, tapi ini dua kali lipat dari survei tahun lalu, 14%, yang menunjukkan betapa buruknya sentimen negatif yang berkembang sekarang. Situasi bertambah buruk jika unsur inflasi dimasukkan. "Ekspektasi harga rumah di jangka panjang sekarang lebih rendah dari ekspektas inflasi jangka panjang -- 2.5% vs 3.3% -- yang berarti pemilik rumah meramalkan turunnya nilai rumah mereka," ungkap laporan tersebut.

JP Morgan Chase Melancarkan Rangkaian Pemecatan Karyawan
Pejabat di JP Morgan Chase memecat sebagian tenaga kerja di departemen perbankan investasinya, memberhentikan lusinan eksekutif untuk merampingkan unit itu karena melambatnya bisnis. Karyawan perusahaan tersebut mengatakan hampir 200 eksekutif dipecat dalam dua tahun ini – kebijakan yang bertolak belakang dengan pembelian Bear Stearns. Juru bicara JP Morgan membenarkan langkah tersebut dan mengutarakan kebanyakan stafnya sekarang merupakan bankir junior. Umumnya perusahaan memberhentikan 5 dan 10% stafnya; tapi pemecatan JP Morgan dapat terus bertambah meskipun bank ini terkena dampak krisis subprime sama buruknya dengan perusahaan lainnya. CEO JP Morgan, Jamie Dimon, akan terus memangkas karyawannya terutama di divisi yang tidak begitu menguntungkan seiring bertambahnya pekerja akibat pembelian Bear Stearns.

BOJ Memantau Ekspektasi Inflasi – Minutes BOJ
Para pembuat kebijakan Bank of Japan menyebutkan mereka perlu memonitor ekspektasi inflasi konsumen terkait naiknya harga tercepat dalam satu dekade, menurut minutes hari Jumat. ``Ekspektasi inflasi konsumen meningkat, merefleksikan terusnya penguatan harga kebutuhan pokok harian, dan ini menyita perhatian,'' ungkap sejumlah anggota pada pertemuan kebijakan 8-9 April, menurut minutes yang dirilis di Tokyo . Para anggota mengatakan naiknya harga telah merusak sentimen konsumen. Sejak pertemuan, bank sentral memangkas prakiraan pertumbuhan- nya, menaikkan prediksi inflasi, dan menangguhkan kebijakan menaikkan suku bunga bertahap. Gubernur Masaaki Shirakawa menyebutkan di parlemen bahwa mahalnya energi dan bahan mentah akan mengikis laba korporasi dan pendapatan rumah tangga serta akan memicu perusahaan dan konsumen untuk menghemat pengeluaran.

HSBC Menaikkan Prediksi Harga Emas, Perak, dan Platinum
HSBC menaikkan prediksi harga emas di 2008 ke $915/ons dari $850 karena melemahnya dolar, penurunan suku bunga AS, dan tekanan inflasi. " Dolar AS akan tetap menjadi penentu harga emas, tapi tekanan inflasi dan kelanjutan penurunan suku bunga Fed dapat mengimbangi efek penguatan dolar belakangan ini," tulis James Steel, analis logam HSBC Securities di New York . Steel juga menaikkan prediksi emasnya ke $850 dari $725 di 2009, dan ke $725 dari $650 di 2010. Peran emas sebagai hedging inflasi meningkat seiring kenaikan tajam harga minyak yang mendekati $133/barel, hampir rekor tertingginya $135.09/barel di hari Kamis. Jika sentimen bullish di pasar minyak terus bertahan, maka pasar emas juga menjadi tangguh. Emas akan mendapatkan support yang kuat dalam waktu dekat ini seiring minimnya aksi ambil untung masal harga minyak.

Yuan Mencatat Penguatan Mingguan Terbesar di 2008 Akibat Cina Meredam Inflasi
Yuan memperoleh penguatan mingguan terbesarnya di tahun 2008 akibat Cina mensinyalkan akan mengencangkan apresiasi mata uangnya guna meredam inflasi akibat harga minyak yang membukukan rekor baru. Menteri Keuangan Perancis, Christine Lagarde, mengatakan dalam wawancara di Chicago, dirinya akan melihat dolar dan yuan menguat terhadap euro. ``Mengendalikan inflasi masih prioritas utama Cina,'' ungkap Tetsuo Yoshikoshi, analis pasar bagian keuangan pada Sumitomo Mitsui Banking Corp. di Singapura. ``Tidak hanya harga minyak namun inflasi impor secara umum akan menjadi konsentrasinya. '' Yuan sudah merangkak 0.64 persen pekan ini menuju 6.9445 per dolar dari 6.9890 seminggu lalu.

Pertumbuhan Manufaktur dan Jasa Eropa Melambat di Bulan Mei
Data PMI Manufaktur Eropa sesuai dengan ekspektasi 50.6, sedikit lebih rendah dari bulan lalu 50.7. Sektor Jasa Eropa tumbuh lebih lambat dari bulan lalu. Data Mei menunjukkan 50.6 dibandingkan 52.0 di April. Estimasi analis di Mei sebesar 51.7. Kuatnya Euro, ketatnya pendanaan, dan ketidakpastian internasional membuat iklim bisnis di zona euro kurang bergairah. Meskipun data di atas batas 50, yang berarti ekspansi, tapi angka ini mensinyalkan melambatnya aktivitas pembelian Jerman.

Pertumbuhan Ekonomi Inggris Terendah Sejak 2005
GDP Inggris naik 0.4% di Q1 2008, tidak ada revisi dari estimasi sebelumnya dan turun dari 0.6% di Q4 2007. Pertumbuhan melemah di semua kategori jasa utama. Hanya penjualan ritel yang menguat. Belanja rumah tangga naik 1.3%, menguat dari 0.1% di kwartal sebelumnya. Defisit perdagangan riil turun dari £11.6M di Q4 2007 ke £11.0M di Q4 2008. Data GDP Inggris ini menunjukkan pelambatan yang ringan di Q1 2008, tapi bukan resesi seperti yang banyak diungkapkan. Laporan GDP ini juga mensinyalkan ekonomi Inggris dapat tumbuh tanpa penurunan suku bunga bank sentral.

Nikkei Naik 0.2%; Chugai, Konica Minolta Bersinar
Nikkei menguat 0.2%, dipicu eskportir seperti Kyocera Corp akibat pelemahan yen, sementara Chugai Pharmaceutical Co Ltd naik setelah mitranya Roche Holding AG menyebutkan akan menaikkan kepemilikannya di perusahaan itu. Konica Minolta Holdings Inc naik 4% setelah Kamis lalu berencana mengeluarkan 10 M yen ($96 juta) untuk membangun fasilitas produksi baru film berteknologi tinggi untuk membuat panel LCD di 2009. T&D Holdings Inc lompat hampir 7% setelah Goldman Sachs menambah perusahan asuransi jiwa ke dalam "daftar beli" dan menaikkan target harga, menunjukkan rendahnya valuasi saham relatif terhadap saham global.

KOSPI Ditutup Lebih Rendah; Perusahaan Perdagangan dan Broker Menguat
Bursa Seoul ditutup lebih rendah pada hari Jumat, dimana jatuhnya sektor teknologi dan penerbangan akibat tingginya harga energi dan kekhawatiran inflasi dapat mengimbangi penguatan perusahaan perdagangan dan broker. Saham broker naik dipicu ekspektasi langkah merjer dan akuisisi, dimana saham Kyobo Securities naik 14.52% ke 17,750 won setelah laporan media bahwa induk perusahaan, Kyobo Life Insurance Co Ltd, telah menjual mayoritas sahamnya di perusahaan broker tersebut.

Bursa Hong Kong Jatuh Seiring Merosotnya CNOOC , China Mobile
Bursa Hong Kong jatuh 1.3% kemarin, terpukul meruginya CNOOC akibat turunnya harga minyak, sementara China Mobile merosot akibat kekhawatiran maraknya kompetisi. CNOOC, produsen minyak lepas pantai terbesar China , tumbang 6.6% setelah harga minyak menukik dari $135 ke $132/barel di hari Jumat. "CNOOC mengikuti harga minyak, yang membantu turunnya pasar dibawah 25,000 poin, namun perdagangan kebanyakan fokus ke telekomunikasi, " ungkap Antony Mak, direktur penjualan di DBS Vickers. China Mobile merupakan saham yang paling banyak didagangkan, dan ditutup melemah 3.8 % setelah Xinhua News Agency melapor bahwa induk perusahaan akan mengambil alih China Railcom.

OHLC-Currencies & Indices on May 23rd, 2008

Currency
Open
High
Low
Close
Range
Change
Previous
EUR
1.5731
1.5794
1.5698
1.5766
96
34
1.5732
JPY
104.03
104.25
103.07
103.38
118
-70
104.08
GBP
1.9799
1.9851
1.9756
1.9800
95
-4
1.9804
CHF
1.0302
1.0334
1.0217
1.0240
117
-66
1.0306
AUD
0.9574
0.9636
0.9545
0.9592
91
28
0.9564
CAD
0.9847
0.99
0.9832
0.9894
68
55
0.9839
SGD
1.3595
1.3624
1.3566
1.3576
58
-20
1.3596
IDR
9325
9342
9318
9313
24
5
9308
GOLD
919.30
928.60
915.55
924.70
13.05
2.95
921.75
SILVER
17.91
18.26
17.89
18.20
37
21
17.99

Currency
Open
High
Low
Close
Range
Change
Previous
1SSIamM8
14010
14165
13915
14060
250
90
13970
1SSIpmM8
14015
14025
13925
13945
100
-115
14060
.N225
13,945.10
14,157.24
13,925.38
14,012.20
231.86
33.74
13,978.46
NIYM8
13930
14030
13800
13855
230
-160
14015
KSM8
235.35
236.60
234.15
234.55
2.45
-1.35
235.90
HSIK8
25000
25108
24597
24609
511
-349
24958
.HSI
25085.35
25128.44
24693.55
24714.07
434.89
-329.05
25043.12
.JKSE
2513.656
2516.263
2447.919
2465.96
68.344
-37.997
2503.95
DJM8
12567
12580
12462
12465
118
-150
12615
.DJI
12620.90
12621.96
12460.09
12479.63
12848.95
-145.99
12625.62
NQM8
1960.75
1969.50
1945.75
1959.50
23.75
-6.75
1966.25
.IXIC
2,454.14
2,456.00
2,430.36
2,444.67
2464.58
-19.91
2,464.58
ESM8
1388.00
1395.00
1372.75
1374.00
22.25
-19.9
1393.90
USD=
72.146
72.063
71.854
71.996
0.21
-14.9
72.145


urrency
Open
High
Low
Close
Range
Change
Previous
EUR / JPY
163.63
163.85
162.61
163.00
124
-72
163.72
EUR / CHF
1.6210
1.6228
1.6134
1.6143
94
-69
1.6212
EUR / GBP
0.7942
0.7971
0.7936
0.7968
35
25
0.7943
CHF / JPY
100.92
101.01
100.56
100.95
45
-4
100.99
AUD / JPY
99.59
100.58
98.99
99.15
159
-38
99.53
GBP / CHF
2.0402
2.0439
2.0242
2.0272
197
-133
2.0405
GBP / JPY
205.92
206.24
204.19
204.67
205
-144
206.11