Market Watch

Economic Calendar

Senin, 26 Mei 2008

Bank Dunia sediakan US$5,5 miliar untuk perubahan iklim

JAKARTA: Bank Dunia akan meluncurkan dana sekitar US$5,5 miliar tahun ini untuk anggaran perubahan iklim yang diharapkan membantu negara miskin menggunakan teknologi ramah lingkungan dan menghentikan pemanasan global.

Dana perubahan iklim itu dibentuk bersama dengan sejumlah negara a.l. AS, Jepang, dan Inggris.

Bank Dunia akan mengajukan pembentukan dana itu pada pertemuan dewan yang dijadwalkan berlangsung pada Juli dan menerbitkannya pada musim gugur, kata Vice President Bank Dunia Katherine Sierra.

Dana itu akan disalurkan kepada negara miskin melalui lembaga atau wadah khusus yang menangani isu perubahan iklim yang akan dibentuk oleh Bank Dunia pada Juli.

"Kami berharap pada tahap awal dana untuk teknologi ramah lingkungan akan meraup US$5 miliar dan tahap selanjutnya sekitar US$500 juta untuk pemulihan dampak perubahan iklim," katanya di sela-sela pertemuan G-8 seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Pertemuan tiga hari yang dimulai sejak Sabtu di Kobe itu merupakan pertemuan pendahuluan sebelum sidang G-8 di Hokkaido, Jepang, pada Juli.

Pendahuluan

Pertemuan itu merupakan bagian dari upaya untuk mengembangkan strategi baru penurunan dampak pemanasan global pengganti Protokol Kyoto yang akan berakhir pada 2012.

Selain Jepang, Inggris, dan AS, perwakilan dari Australia, Brazil, China, India, Indonesia, Meksiko, Korea Selatan, Afrika Selatan, Antigua dan Barbuda juga ikut ambil bagian dalam pertemuan di Kobe tersebut.

Volume dan nilai pasar karbon global 2006 & 2007 (juta)


2006

2007


Volume

Nilai

Volume

Nilai

Allowance

1.134

24.699

2.109

50.394

Transaksi berbasis proyek

611

6.536

874

13.641

Total

1.745

31.235

2.983

64.035

Sumber: Bank Dunia

Menteri Lingkungan Hidup Jepang Ichiro Kamoshita mengatakan sebagai lanjutan bantuan untuk negara berkembang, Tokyo juga membentuk Cool Earth Partnership dengan pendanaan senilai US$10 miliar pada lima tahun mendatang.

Jepang bersama dengan AS dan Inggris tengah membujuk negara-negara donor lain untuk bergabung dan memberi sumber pendanaan pada wadah atau lembaga khusus perubahan iklim yang akan dibentuk Bank Dunia.

Pada pertemuan kelompok negara G-8 di Kobe itu, Uni Eropa dan negara berkembang mendorong AS dan Jepang melanjutkan komitmen penurunan emisi gas pada 2020 sebagai salah satu upaya menghindari bencana alam akibat pemanasan global, seperti dikutip AP.

Permintaan itu muncul bertepatan dengan upaya PBB mendorong pembentukan kesepakatan perubahan iklim yang baru dengan deadline Desember 2009.

Kelompok negara G-8 yang beranggotakan AS, Inggris, Jepang, Jerman, Italia, Kanada, Rusia, dan Prancis berupaya keras menekan emisi karbon dioksida dan gas lain yang berhubungan dengan pemanasan global sebesar 50% pada 2050.

Negara berkembang juga mendorong negara kaya untuk lebih berperan dengan komitmen itu dengan alasan pemanasan global lebih disebabkan industrialisasi yang dinikmati negara makmur di Amerika Utara, Eropa, dan Jepang.

Masnellyarti Hilman, Kepala Delegasi Indonesia, menjelaskan Jakarta menargetkan penurunan emisi 17% pada 2020 dan 22% pada 2025.

Selain pembentukan dana perubahan iklim, sejumlah negara juga masih berupaya memperbaiki dunia dengan pembentukan pasar karbon. Bank Dunia melaporkan pasar karbon pada 2007 mencapai US$64 miliar jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang masih US$31,23 miliar.

Seperti dikutip dari situs resmi Bank Dunia, pada Kamis pekan lalu perwakilan 40 negara berkembang dan negara maju sepakat untuk membentuk dua dana investasi internasional yang tergabung dalam Climate Investment Funds (CIF). (02)(lutfi.zaenudin@bisnis.co.id)



0 komentar: