Market Watch

Economic Calendar

Sabtu, 28 Februari 2009

Runtuhnya imperium The Big Three

oleh : Afriyanto

Tiga raksasa otomotif dunia, atau yang lebih dikenal dengan sebutan The Big Three (General Motors Corporation/GM, Ford Motor Company, dan Chrysler LLC) kini dalam kondisi kritis, bahkan terancam bangkrut?

Krisis finansial yang melanda Amerika Serikat (AS) telah memporakporandakan kinerja ketiga produsen otomotif tersebut. Volume penjualan mereka anjlok sehingga menderita kerugian yang cukup besar.

Dari ketiga raksasa otomotif AS ini, kondisi GM paling parah. Pada 2007 GM menderita kerugian US$38,7 miliar, sedangkan tahun lalu diperkirakan lebih besar lagi. Chrysler sepanjang tahun lalu menderita kerugian sebesar US$8 miliar dan Ford di tahun yang sama merugi US$14,6 miliar.

Nilai dana talangan dari pemerintah AS sebesar US$13,4 miliar untuk GM dan US$4 miliar bagi Chrysler yang dikucurkan pada Desember 2008 ternyata belum mampu menolong keduanya keluar dari kemelut.

Pada 17 Februari, GM dan Chrysler kembali mengajukan tambahan pinjaman masing-masing US$16,6 miliar dan US$5 miliar, disertai dengan rencana aksi penyelamatan (lihat tabel).

Ford terlihat lebih beruntung, karena sejauh ini belum meminta bantuan pemerintah. Perusahaan ini masih mampu mencari pinjaman swasta, dan jumlahnya pun tidak terlalu besar.

Jika The Big Three tak mampu keluar dari krisis dan dinyatakan bangkrut, sudah pasti dampak luar biasa akan segera menghampiri, tidak hanya pada negara AS tapi juga kawasan lain di belahan dunia ini, baik finansial maupun sosial.

Ada beberapa akibat besar yang bakal ditimbulkan dari kebangkrutan industri otomotif AS. Pertama, pemerintah AS, menurut perhitungan sejumlah analis, akan kehilangan US$151 miliar dari setoran pajak pada tahun pertama sejak The Big Three dinyatakan bangkrut. Angka tersebut akan membengkak menjadi US$398 miliar pada 3 tahun berikutnya.

Kedua, akan terjadi lonjakan pengangguran sebanyak 2 hingga 3 juta orang, sehingga tingkat pengangguran bakal naik dari 7,6% menjadi 9% pada 2010.

Ketiga, akan terjadi perubahan peta pasar otomotif dunia. Keempat, reputasi pemerintahan Barack Obama bakal tercoreng.

Faktor keempat inilah yang tampaknya menjadi concern Obama sehingga dia berusaha mati-matian menyelamatkan salah satu sektor penggerak perekonomian Negeri Paman Sam itu.

Obama pun telah membentuk tim khusus yang menangani proses restrukturisasi The Big Three, sekaligus merombak tim car czar yang dibentuk presiden terdahulu George W. Bush.

Peluang bagi GM, Ford, dan Chrysler sejauh ini masih fifty-fifty. Artinya, mereka masih bisa bertahan hidup dan keluar dari kemelut, tapi di sisi lain mereka pun berpotensi bangkrut.

Perkembangan produksi global The Big Three (Juta unit)
Nama perusahaan 2006 2007
General Motors 8,93 9,35
Ford 6,27 6,25
Chrysler 2,54 2,54

Rencana aksi penyelamatan GM
* Tambahan pinjaman baru US$16,6 miliar, sehingga total menjadi US$30 miliar (US$13,4 miliar sudah diterima Desember 2008).
* Pembayaran angsuran utang dimulai 2012 dan lunas 2017.
* Memangkas 47.000 tenaga kerja secara global pada 2009 (19% dari total tenaga kerja).
* Jam kerja 72.000 jam hingga 2012, turun dari sebelumnya 92.000 jam.
* Menutup 14 pabrik tahun ini, dengan total 33 pabrik hingga 2012.
* Mengurangi model kendaraan dari 48 tahun lalu menjadi 36 pada 2012.
* Meluncurkan 5 produk baru hingga 2012.
* Menunda produksi mobil listrik Chavrolet Volt yang semula dijadwalkan 2010.
* Mempertahankan merek Chevrolet, Cadillac, Buick dan GMC. Pontiac akan menjadi sub merek. Menjual divisi Saturn.
Rencana aksi penyelamatan Chrysler
* Tambahan pinjaman baru US$5 miliar, sehingga total menjadi US$9 miliar (US$4 miliar sudah diterima pada Desember 2008).
* Memangkas tiga model pada 2009, yakni Chrysler Aspen, PT Cruiser, dan Dodge Durango.
* Memangkas 3.000 tenaga kerja, menurunkan kapasitas produksi 100.000 unit, memotong biaya tetap US$700 juta, menjual aset US$300 juta pada 2009.
* Menjalin kerja sama dengan produsen otomotif Italia, Fiat SpA.
Sumber: OICA (Organisation Internationale des Constructeurs d'Automobiles)

Beda pendapat

Para pejabat dan pakar di AS pun terlihat beda pandangan menyikapi nasib yang menimpa ketiga produsen otomotif AS tersebut. Mark Zandi, kepala ekonom pada Moody's Economy.com misalnya, berpendapat sebaiknya pemerintah AS memberikan tambahan dana talangan agar The Big Three bisa terus beroperasi, setidaknya hingga 31 Maret.

Setelah itu, katanya seperti dikutip AP, pemerintah bisa mempersiapkan proses kebangkrutan berdasarkan skema Chapter 11 (salah satu pasal dalam Bankruptcy Code AS yang memberikan kesempatan kepada perusahaan melakukan reorganisasi di bawah UU Kebangkrutan AS).

Namun David Leiker, analis pada perusahaan konsultan finansial Robert W Baird, menilai kebangkrutan merupakan opsi terbaik bagi The Big Three, terutama GM dan Chrysler. Alasannya, restrukturisasi kedua perusahaan ini sangat kompleks dan rumit.

Bangkrut tidaknya The Big Three tentunya sangat ditentukan oleh tekad dan kedisiplinan mereka dalam melaksanakan program aksi penyelamatan yang telah mereka susun, di samping tentu saja bantuan dana talangan dari pemerintah.

Jika mereka konsisten menjalankan program aksi penyelamatan, kemungkinan besar ketiganya bakal mampu keluar dari kemelut dan terhindar dari ancaman kebangkrutan.

Memang, perjuangan mereka untuk keluar dari kondisi 'koma' sangat berat. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengembalikan kondisi seperti semula. Mereka harus merangkak kembali mulai dari bawah.

Mereka harus membuka kembali pabrik-pabrik yang sempat tutup, dan merekrut kembali tenaga kerja yang telah di-PHK. Mereka juga harus mencicil dan melunasi utang kepada pemerintah. Dalam program aksi penyelamatan GM, disebutkan bahwa utang GM baru lunas pada 2017. Itu berarti butuh waktu 8 tahun untuk memperbaiki posisi keuangannya.

Di tengah upaya The Big Three keluar dari krisis, para pesaing dari negara lain dipastikan memanfaatkan momentum dengan berusaha mengejar, bahkan menggeser dominasi mereka di kancah persaingan pasar otomotif dunia.

Memang, para pesaing The Big Three tidak bisa melenggang dengan mudah untuk menguasai pasar, sebab mereka pun kini mengalami masalah serupa, yakni krisis finansial.

Sejumlah pemain utama otomotif dunia seperti Toyota Motor Corporation (TMC), Volkswagen (VW), Honda, Mitsubishi, Peugeot, dan Fiat terpaksa memangkas produksi dan jam kerja, bahkan mengurangi jumlah tenaga kerja.

Toyota dan Honda juga harus merombak manajemen puncak guna mencari penyegaran dan berharap menemukan kiat-kiat jitu dari pejabat baru untuk mengatasi krisis yang menimpa mereka. Untuk tahun buku 2008-2009 yang berakhir Maret, keuntungan Honda diprediksi anjlok drastis. Adapun Toyota malah memproyeksikan akan menderita kerugian pada tahun ini, pertama kali dalam sejarah beroperasinya perusahaan tersebut.

Mitsubishi memperkirakan rugi 60 miliar yen (sekitar US$670 juta) dan akan memangkas produksi 330.000 unit kendaraan.

Pada saat yang bersamaan, daya beli konsumen terhadap produk otomotif juga anjlok sehingga mengakibatkan penurunan permintaan.

Namun, perlu diingat bahwa krisis yang dialami pesaing hanya merupakan dampak dari krisis utama yang bersumber dari AS. Itu berarti, kondisi para pesaing tidak separah The Big Three. Jika The Big Three diibaratkan sedang dalam keadaan koma, para pesaing hanya terkena flu, demam, atau paling parah hanya dirawat di rumah sakit selama beberapa hari saja. Dengan demikian, proses pemulihannya tidak terlalu lama.

Toyota yang sejak tahun lalu mulai menggeser posisi GM sebagai produsen otomotif terbesar dunia, kemungkinan besar tetap bercokol di posisi puncak pada tahun ini. Bahkan, selisih volume penjualannya akan semakin lebar.

Sementara itu, produsen terbesar ketiga dunia, VW, diam-diam mengincar posisi kedua menggantikan tempat GM. Namun, VW masih butuh beberapa tahun untuk mewujudkan ambisinya itu. Akan tetapi setidaknya posisi VW sangat aman, mengingat rival utamanya di peringkat keempat adalah Ford yang notabene sedang dalam kondisi kritis.

Penjualan tiga besar produsen otomotif global (Juta unit)
Merek 2007 2008 2009*
Toyota 9,38 8,97 8,50
GM 9,39 8,36 8,08
Volkswagen (VW) 6,19 6,23 6,30
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Ket: *) Angka proyeksi

Penjualan di tiga besar pasar otomotif global (Juta unit)
Negara 2007 2008 2009*
AS 16,09 13,20 11,50
China 8,80 9,38 10,7
Jepang 5,35 5,08 5,00
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Ket: *) Angka proyeksi

Geliat China

Selain antarprodusen, persainganketat juga bakal terjadi antar negara/kawasan. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi pergeseran peta kekuatan pasar.

Saat ini pasar terbesar dunia masih milik AS, disusul China dan Jepang. Di antara ketiganya, China patut diperhitungkan. Negara tersebut sejak 2006 sudah menggeser Jepang di posisi kedua sebagai pasar otomotif terbesar dunia. Kini, China mengincar posisi nomor wahid, sekaligus menggeser dominasi AS.

Dengan populasi penduduk mencapai 1,3 miliar jiwa-jauh lebih besar dibandingkan dengan AS yang hanya 300 juta jiwa, China sangat berpotensi menjadi pasar otomotif terbesar dunia.

Tren ke arah sana sudah terlihat sejak 2 tahun terakhir. Di satu sisi, penjualan mobil di AS terus merosot dari 16,09 juta unit pada 2007 menjadi 13,20 juta unit pada 2008, dan diproyeksikan turun lagi menjadi 11,50 juta unit pada tahun ini.

Sementara di sisi lain, penjualan mobil di China justru terus meningkat, dari 8,80 juta unit pada 2007 menjadi 9,38 juta unit pada 2008, dan diproyeksikan tembus 10,7 juta unit pada tahun ini.

Memasuki Januari 2009, China bahkan membuat kejutan dengan melampaui penjualan AS, dengan penjualan 735.500 unit, sedangkan pasar di AS hanya 656.693 unit. Memang, ini belum bisa dijadikan indikasi adanya pergeseran kekuatan, tetapi setidaknya dapat menjadi semacam peringatan betapa otomotif China kian berkibar. Jika trennya terus bertahan, pada 2010 atau 2011 China bisa mengungguli AS.

Uniknya, pasar otomotif China justru dikuasai oleh GM dan VW. Tahun lalu GM mencetak penjualan 1,09 juta unit di Negeri Tirai Bambu itu, naik 6% dibandingkan dengan 2007. Belakangan, produsen lokal Chery Automobile Co. mulai menguntit mereka.

Meski mampu melampaui AS, angka penjualan mobil di China pada Januari itu turun 14% dibandingkan dengan bulan yang sama 2008. Sejumlah analis memang memprediksi pasar otomotif China akan mengalami kelesuan pada tahun ini.

Untuk itulah, guna mengatasi kelesuan pasar, pemerintah China menggelontorkan paket stimulus ekonomi bernilai miliaran dolar AS, dengan memfokuskan pada promosi pengembangan mesin yang bersih dan hemat energi.

Di samping itu, pemerintah juga menurunkan pajak penjualan mobil bermesin di bawah 1.600 cc menjadi 5% menjelang akhir tahun ini.

Pemerintah juga memberikan subsidi sebesar 5 miliar yuan (sekitar US$730 juta) kepada para petani untuk mengganti kendaraan roda tiga atau truk yang sudah usang dengan mobil kecil di bawah 1.300 cc.

Sebanyak 10 miliar yuan (US$1,5 miliar) juga dikucurkan bagi peningkatan teknologi otomotif dan pengembangan energi baru untuk kendaraan bermotor.

Melihat komitmen yang sangat kuat ini, tampaknya dalam waktu yang tidak terlalu lama Sang Naga bakal 'melilit' Negeri Paman Sam. Kita tunggu saja. (afriyanto@bisnis.co.id)

0 komentar: