Market Watch

Economic Calendar

Senin, 01 Desember 2008

Resesi deflasi bisa hambat pemulihan harga emas



JAKARTA: Kontrak berjangka emas hingga akhir tahun ini diperkirakan masih menghadapi tekanan perekonomian dunia yang mulai memasuki tahap resesi disertai deflasi.

Kepala Analis Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Radityo Setyo Wibowo mengatakan resesi deflasi merupakan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan penurunan harga barang dan jasa secara umum termasuk sejumlah komoditas dunia.

Jika yang terjadi adalah resesi inflasi, sambungnya, permintaan komoditas logam mulia meningkat sehingga harga emas terdorong naik.

"Namun, yang terjadi saat ini adalah resesi deflasi. Negara maju saja sudah mulai mengkhawatirkan kondisi deflasi ini yang ditandai dengan penurunan harga komoditas," ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Resesi terjadi ketika PDB turun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama 2 kuartal atau lebih dalam 1 tahun.

Adapun deflasi, yang merupakan kebalikan inflasi, terjadi pada saat harga barang dan jasa secara umum turun dalam periode tertentu. Jika inflasi memangkas nilai riil mata uang, deflasi justru membuat 'alat tukar itu' lebih bernilai.

Resesi deflasi, menurut Radityo, akan mengurangi minat investor untuk menjadikan emas sebagai alternatif investasi karena logam mulia itu sering dijadikan instrumen untuk lindung nilai (hedging) dari inflasi.

Dia memperkirakan harga emas hingga awal tahun depan terbatas pada kisaran US$780-US$830 per ounce.

Harga emas pada November, berdasarkan data Bloomberg, naik 14% yang merupakan kenaikan terbesar sejak September 1999.

Sepanjang pekan lalu, kontrak logam mulia ini naik 3,4%. Kontrak emas untuk pengiriman Februari naik US$7,70 atau 0,9% menjadi US$819 per ounce di Divisi Comex New York Merchantile Exchange.

Namun, sampai dengan akhir bulan ke-11 tahun ini harga emas terkoreksi 2,3%. Harga emas sempat mencapai rekor US$1.033 per ounce pada 17 Maret ketika euro menguat terhadap dolar AS.

Alfred Pakasi, Direktur PT Vibiz Capital, menilai permintaan emas tidak akan surut sehingga harga logam mulia itu berpeluang rebound. Dia bahkan optimistis pada akhir tahun ini hingga awal tahun depan harga emas naik. (23)

Oleh Nana Oktavia Musliana
Bisnis Indonesia

0 komentar: