Market Watch

Economic Calendar

Kamis, 11 Desember 2008

Tahun Depan Perekonomian Negara Berkembang Turun Tajam

Dari kiri, CEO Sparkasse Bank Siegfried Naser, Menteri Keuangan Bavaria Georg Fahrenschon, dan Ketua BayernLB Bank Michael Kemmer mengadakan jumpa pers di Muenchen, Jerman, Senin (1/12). Para eksekutif keuangan ini menjelaskan kerugian kedua bank tersebut yang mencapai 30 miliar euro akibat krisis keuangan global.

WASHINGTON, - Krisis keuangan dunia akan menekan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang secara tajam pada tahun depan, yang mengakhiri "booming" harga komoditas dunia, demikian laporan Bank Dunia, Selasa (10/12) waktu setempat.

Laporan Prospek Ekonomi Dunia 2009 dari Bank Dunia itu memproyeksikan pertumbuhan dunia akan melemah menjadi 0,9 persen tahun depan dari 2,5 persen pada 2008 dengan resesi berkesinambungan di AS, Eropa Barat dan Jepang.

Pelemahan ekonomi yang menyebar akan memperlambat mesin turbo pendorong pertumbuhan selama dekade lalu di negara-negara berkembang menjadi 4,5 persen, turun dari 6,3 persen di 2008 dan 7,9 persen di 2007.

Kepala Ekonom Bank Dunia Justin Lin mengatakan, krisis keuangan telah menyebabkan resesi hebat setelah 1930-an dan kontraksi yang dalam dan panjang tidak dapat dihindarkan.

"Peluang ekspor bagi negara berkembang akan menurun karena resesi di negara berpendapatan tinggi dan karena kredit ekspor kering dan asuransi ekspor menjadi lebih mahal," ungkap laporan itu.

Sementara itu utang swasta dan arus ekuitas ke negara berkembang akan anjlok sekitar 530 miliar dolar AS di 2009 dari satu triliun dolar di 2007.

Bank Dunia juga mengatakan, resesi ekonomi akan menyebabkan harga komoditas dan inflasi menurun, sedang harga minyak akan pada rata-rata 75 barel di 2009, harga bahan makanan menurun sekitar 23 persen dan harga metal turun sekitar 26 persen.

Kondisi yang memungkinkan, negara berkembang harus mengadopsi paket stimulus kebijakan fiskal, memperkuat program sosial dan investasi di proyek infrastruktur, kata Lin dalam konferensi pers.

Hans Timmer, yang bertanggung jawab dalam analisa ekonomi internasional di Bank Dunia mengatakan, resesi di negara berkembang tidak terjadi namun penurunan akan terjadi signifikan. "Anda tidak butuh pertumbuhan negatif di negara berkembang untuk merasakan kondisi seperti resesi," kata Timmer.

"Kami memperkirakan saat ini potensi pertumbuhan di rata-rata negara berkembang sekitar 6,5 persen, sehingga artinya saat anda tumbuh 4,5 persen, berarti anda mengalami dua persen poin lebih rendah dari potensi pertumbuhan, disini akan tampak terjadi penutupan pabrik dan meningkatnya pengangguran," tambahnya.

Dampak terparah di negara berkembang akan terjadi di pertumbuhan investasi yang melambat, diperkirakan turun menjadi 3,4 persen di 2009 dari 2007 sebesar 13 persen lebih. Sedangkan volume perdagangan internasional akan turun 2,1 persen tahun depan, penurunan pertama sejak 1982.

0 komentar: