Market Watch

Economic Calendar

Jumat, 21 November 2008

Cadangan devisa Rusia terkuras


MOSKWA: Cadangan devisa Rusia, yang merupakan terbesar ketiga di dunia, terkuras sebanyak US$122,7 miliar atau turun 21% sejak 8 Agustus, seiring dengan upaya bank sentral menopang nilai tukar rubel yang melemah.

Pada saat bersamaan, Presiden Rusia, Dmitry Medvedev mengalokasikan dana sebesar US$200 miliar guna mendanai kebijakan pemotongan pajak, pinjaman dan program lainnya untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

Akan tetapi, kebijakan stimulus itu mulai terancam oleh tren penurunan harga minyak dan aliran keluar modal asing.

"Terkurasnya cadangan devisa sangat membahayakan. Itu adalah instrumen untuk mengukur kestabilan makroekonomi," kata ekonom Renaissance Capital wilayah Rusia, Elena Sharipova, kemarin.

Posisi terakhir cadangan devisa Rusia per 7 November tercatat US$475,4 miliar.

Menteri Keuangan Rusia Alexei Kudrin, yang didukung penuh oleh Perdana Menteri, Vladimir Putin, berhasil menggenjot cadangan devisa selama satu dekade terakhir untuk memastikan Rusia tidak lagi terjebak pada gagal bayar utang, seperti yang terjadi pada 1998 akibat anjloknya harga komoditas.

Titik terendah

Pada saat kepemimpinan Presiden Boris Yeltsin, cadangan devisa sempat mencapai titik terendah, yaitu hanya US$12,3 miliar. Ketika itu, Yeltsin harus berjuang mempertahankan depresiasi mata uangnya, setelah kehancuran komunisme.

Pinjaman darurat dari lembaga multilateral, seperti International Monetary Fund (IMF), saat itu, gagal mencegah Rusia dari kegagalan pembayaran utang senilai US$40 miliar.

Kondisi itu makin diperparah dengan penurunan produksi industri, keruntuhan perbankan dan tingkat pengangguran yang tinggi. Laju perekonomian juga turun selama lima kuartal terakhir hingga pengujung 1998.

Sejauh ini, menurut Bank Dunia, kebijakan fiskal dan cadangan devisa yang kuat mampu menjaga kesehatan perekonomian Rusia dari krisis keuangan global.

"Stabilisasi makroekonomi jangka pendek harus menjadi prioritas utama bagi otoritas dalam menyesuaikan perkembangan," ungkap laporan Bank Dunia. (gak)

Bloomberg

0 komentar: