Market Watch

Economic Calendar

Kamis, 01 Januari 2009

Wall Street anjlok terbesar sejak Great Depression

oleh : M. Yunan Hilmi

NEW YORK (Bloomberg): Bursa AS tahun ini mengalami penurunan terbesar sejak Great Depression akibat ambruknya saham-saham finansial, energi, dan produsen metal serta resesi yang memukul negara dengan perekonomian terbesar ini.

Saham Citigroup Inc, Bank of America Corp dan Goldman Sachs Group Inc terjungkal hampir 60% setelah 80 dari 84 saham lembaga keuangan di Standard & Poor’s 500 Index turun. Saham Exxon Mobil Corp dan Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc turun setelah Reuters/Jefferies CRB Index 19 bahan baku merosot mencapai rekor pada 36%. Caterpillar Inc terpuruk 38% setelah AS, Eropa, dan Jepang mengalami kontraksi secara simultan sejak Perang Dunia II.

"Mereka akan mencatat kinerja tahun ini untuk waktu yang lama," kata Duncan Niederauer, CEO New York Stock Exchange pemilik NYSE Euronext.

S&P 500 turun 38,5%, terbesar sejak merosot 38,6% pada 1937, menjadi 903,25 dan terpuruk ke level terendah dalam 11 tahun ketika mencapai 752,44 pada 20 November. Volatilitas menanjak, dengan kenaikan atau jatuhnya indeks 5% per hari sebanyak 18 kali. Jones Industrial Average terjungkal 34% menjadi 8.776,39 terbesar sejak 1931.

Sementara itu, Chicago Board Options Exchange Volatility Index (VIX) melonjak 78% menjadi 40. VIX, mengukur berapa besar investor membayar asuransi untuk penurunan saham di pasar opsi, bertambah 50 sebelum Oktober. Posisi tertinggi VIX pada 80,86 per 20 November dalam 19 tahun sejarahnya.

"Apa yang terjadi membawa pasar modal seberapa besar resesi akan membawanya. Pengambil kebijakan mencoba untuk mengatasi dampak resesi, namun tetap akan memburuk karena pasar kredit masih tutup dan investor belum mengambil posisi apapun," kata Noman Ali, manager MFC Global Investment Management.

Tunisia merupakan satu-satunya pasar di luar 69 dalam indeks MSCI Inc yang naik selama 2008. Sebanyak 28 indeks nasional turun lebih dari separohnya, termasuk 67% penurunan di Rusia, 66% di China, dan India mencapai 52%. Adapun FTSE Inggris indeks mencatat penurunan terkecil di antara 20 pasar besar, turun hanya 31%.

CSI 300 Index China turun selama delapan hari berturut-turun sampai akhir pekan lalu. Indeks yang mencatat saham denominasi yuan merosot akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat. Bursa di tiga negara lain atau dinamakan BRIC yaitu Brasil, Rusia, dan India, juga turun akibat dampak turunnya permintaan komoditas yang disebabkan resesi global.(yn)

0 komentar: