Market Watch

Economic Calendar

Rabu, 15 April 2009

Resesi di AS berakhir 2010
Tingkat pengangguran 2009 diduga melebihi 10%

WASHINGTON: Ekonomi Amerika Serikat diproyeksikan kembali mengalami resesi pada tahun ini dan tahun depan, akibat tingginya beban utang konsumen dan kebijakan pemangkasan pajak.

Douglas Kass, general partner Seabreeze Partners Management Inc, perusahaan investasi di Palm Beach, Florida mengatakan pada saat mata uang memberikan sinyal stabil, peluang pemulihan be rada pada posisi paling lemah dibandingkan dengan standar pemulihan ekonomi akibat krisis di sepanjang sejarah.

"Kemungkinan penurunan ekonomi ganda terjadi pada akhir 2009 dan awal 2010, khususnya akibat beban utang konsumen dan pemangkasan pajak dari pemerintahan baru," ujar Kass.

Data Departemen Perdagangan AS yang diterbitkan pada 26 Maret 2009 menyebutkan, selama kuartal IV/2008, pertumbuhan ekonomi tahunan AS turun sebesar 6,3%, laju terburuk sejak resesi pada 1982.

Survei bulanan Bloomberg yang dirilis pada 9 April 2009 menyebutkan produk domestik bruto (PDB) tahunan AS kemungkinan turun 5% selama kuartal I/2009 dan akan tumbuh negatif 2% pada kuartal selanjutnya. Ekonomi negara itu diperkirakan tumbuh 0,4% selama kuartal III/2008, dan pada kuartal terakhir tahun ini akan mencapai 1,5%.

Penurunan tajam

Presiden Federal Reserve Dallas Richard Fisher memperkirakan laju ekonomi negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu pada kuartal I/2009 akan mengalami penurunan tajam.

"Indikator ekonomi akan menyeramkan dan saya memperkirakan terjadinya kontraksi yang cukup tajam dan disertai angka pengangguran yang melampaui 10% pada 2009," ujarnya saat menyampaikan pidato di Hong Kong, kemarin.

Pernyataan itu diungkapkan seiring dengan kebijakan otoritas AS untuk membanjiri perekonomian dengan dana segar guna mengakhiri resesi di negara yang mengalami kontraksi ekonomi dalam dua kuartal terakhir.

Sebaliknya, Chairperson The Fed Ben S. Bernanke menyatakan kondisi perekonomian mulai menunjukkan sinyal perlambatan penurunan. "Secara fundamental saya optimistis terhadap perekonomian kita. Situasi saat ini memang sulit, tetapi fondasi ekonomi kita kuat."

Setelah memangkas suku bunga hingga hampir nol persen, otoritas fiskal AS memerangi resesi dengan berbagai jurus, a.l. komitmen untuk membeli kredit perumahan bermasalah hingga US$1,45 triliun dan surat utang pemerintah senilai US$300 miliar.

Dari New York, Michael Cloherty, kepala peneliti suku bunga AS dari Bank of America-Merrill Lynch mengatakan rencana bank sentral AS menurunkan suku bunga pinjaman jangka panjang belum dapat dikatakan berhasil.

Dia mengatakan surat berharga Depkeu AS yang mulai dikeluarkan lebih banyak dan dengan cepat tidak mengarahkan penurunan imbal hasil sebesar yang diperkirakan. (esu/gak)

0 komentar: